Tribana

Ini Adalah Blog pribadi saya yang bercerita tentang suka duka menjadi GURU

 

    Banyak keluhan guru bahasa / sastra Indonesia  merasa sulit bagaimana mengajarkan menulis puisi kepada anak. Mengajarkan menulis puisi itu dirasakan cukup sulit. Mengapa? Salah satu sebabnya mungkin kita selaku pendamping/pembina tidak pernah menulis puisi.Tentulah tidak semua guru bahasa/sastra Indonesia memiliki bakat menulis puisi.  Bagaimana kita mengajarkan menulis puisi kalau kita sendiri belum pernah melakukannya? Memang idialnya guru bahasa/sastra Indonesia pernah/biasa menulis apa saja.

    Kita sering menakut-nakuti dan memararahi terlebih dahulu kepada anak bahkan dengan sedikit ancaman kalau kita memulai sesuatu yang kita anggap sulit seperti menulis puisi untuk menutup-nutupi kekurangan kita. Hal  ini tentu sudah lumrah untuk menutupi kelemahan kita. Kita tidak bisa menjawab pertanyaan anak sering juga marah-marah agar anak tidak berkutik.  Kalau ini sering terjadi kita sudah menyakiti diri sendiri. Zaman  sekarang jarang anak yang pintar/terampil, akan hormat kepada gurunya kalau mereka sering dimarahi di luar batas. Ingatlah kalau kita marah kepadanya, dia pun marah kepada kita. Anak pun banyak tahu kelemahan kita ini. Kalau ada waktu cobalah bertanya kepada anak. Idialnya pertanyaan kita kepada anak dalam hal ini "Apa kesulitan Kalian"?

    Marilah kita cari cara  jalan pemecahannya. Untuk memulai menulis puisi tidaklah terlalu sulit bagi anak kalau kita selaku pendamping/guru mau sedikit berusaha. Jika sekolah kita kebetulan lokasinya dekat pantai, kita bisa melihat pemandangan yang indah tentu merupakan rahmat bagi kita dalam memanfaatkan sebagai inspirasi dalam menulis puisi. Jika sekolah mempunyai program karya wisata, kemah di akhir catur wulan kita manfatkan situasi itu untuk belajar menulis puisi. Contoh nyatanya adalah ketika kelompok pecinta alam menelusuri gunung(mendaki) atau menelusuri pantai/sungai, bersamaan dengan kegiatan ini siswa pecinta sastra kita ajak menulis puisi. Kalau menulis puisi hanya di kelas tentang pemandangan alam memang menyulitkan. Kegiatan ini memang hanya bisa dilakukan sekali setahun. Di sisi lain, umumnya orang tua mengeluh dengan kegiatan ini karena dianggap hanya mengabiskan uang. Kalau memungkinkan sebulan sekali anak karya wisata secara terpadu untuk berbagai kegiatan adalah sangat baik. Di negara yang sudah maju(kebetulan penulis pernah melihat di Australia), cara ini sudah terprogram. Kalau anak mempelajari tentang hewan misalnya, di akhir pekan anak di ajak ke kebun binatang. Kalau di daerah kita tidak ada kebun binatang, tentu kita bisa mengajak anak ke kandang sapi misalnya untuk mengamati sesuatu. Tidak usah tempat yang jauh. Inilah salah satu kelemahan pendidikan kita, kita  menamkan sesuatu hanya di dalam kelas yang bersifat verbalis dan vokalis. Akibatnya, tamatan sekolah kita lebih banyak omongnya(tentu ada yang bagus dan tidak bagus) tetapi  kerja nyatanya banyak yang merusak alam demi kepentingan sesaat.  

Cara lain yang agak mudah dilakukan adalah dengan menggunakan postcard bergambar seperti gambar pemandangan alam, gambar aktivvitas manusia atau gambar yang lainnya. Dengan menggunakan media ini, anak merasa lebih mudah menuangkan idenya sebab mata mereka(anak) telah dapat melihat sesuatu yang konkret dalam gambar, tinggal anak memilih dan mengolah kata untuk dijadikan puisi. Cara ini tentu sangat layak dimulai  dari jenjang pendidikan pada tingkat dasar. Cara memperoleh media ini sangat gampang. Pada sistem pendidikan seperti sekarang ini yaitu murid umumnya  belajar di dalam kelas, penggunaan berupa gambar hasilnya pasti lebih baik, apalagi anak yang tinggal di kota yang lingkungannya lebih banyak alam berbeton, alam yang keras akibat rekayasa manusia. Tetapi, syukurlah otak anak bukan otak beton.

 

 

 

0 komentar: