Tribana

Ini Adalah Blog pribadi saya yang bercerita tentang suka duka menjadi GURU

21.54

Akankah Les dongkrak Prestasi ?

Diposting oleh Tri Bana

Memasuki musim penghujan beberapa bulan lalu bukannya membuat persawahan di sebagian Bali selatan kecukupan air, melainkan tetap kekurangan air. Air hanya diperoleh secara bergilir. Perolehan air secara bergiliran pun kurang mencukupi. Kondisinya tetap seperti musim kemarau saja . Hujan hanya membuat tumbuhnya rumput. Biasanya bisa ditanami padi. Hamparan sawah di seputar Sanur, Kesiman, sebagian Renon, misalnya, masih tampak saluran irigasinya tidak berair bahkan kekeringan.
Selain itu, di beberapa subak di wilayah Kabupaten Gianyar (irigasi dari Sungai Ayung) yang sempat penulis amati, juga tampak kekurangan air irigasi. Mesin traktor bajak pun mengalami kesulitan untuk bekerja gara-gara kekurangan air. Pasalnya, kata sejumlah petani yang sempat penulis jumpai, selain debit air Sungai Ayung kecil juga penguapan air di sawah sangat tinggi. Paginya sawah berair, sorenya air sudah hilang akibat penguapan yang tinggi.Untuk itulah penulis mencoba menelusuri beberapa tempat saluran irigasi. Di Dam Oongan-Denpasar, tampak air kecil sehingga sungai yang menjadi saluran irigasi dari Dam Oongan lebih sering tanpa aliran air. Walaupun ada air tampkanya kurang cukup untuk mengairi sawah di beberapa subak di wilayah Kesiman, Sanur, maupun subak di seputaran Renon. Menurut I Wayan Darsana(53), yang sudah 30 tahun bertugas sebagai penjaga Pintu Air di Dam Oongan, debit air Sungai Ayung memang kecil terutama sejak dimanfaatkan sebagai air baku untuk PDAM yang bertempat di Belusung, Peguyangan Kangin-Denpasar Utara. Bahkan data yang diperoleh Tokoh di Dam Mambal, yakni PDAM dijatahkan air sebanyak 1130 liter/detik (sekitar 43%) pada kondisi air saat ini. Sedangkan subak memperoleh 2600 liter/detik.
Sementara itu, air irigasi di Lukluk (Badung), yang air irigasinya juga bersumber dari Sungai Ayung, airnya tampak kecil daripada kondisi biasanya. Kondisi air yang kecil ini membuat para pekaseh mengecek keberadaan air irigasi. Ketut Nada (54), pekaseh Subak Gaji-Dalung misalnya, mengecek air ke Dam Bagi Lukluk seolah menjadi pekerjaan rutin. “Saya selalu ke sini mengecek keberadaan air atas desakan dari krama subak” katanya kepada penulis saat menengok kondisi air di Dam Bagi Lukluk, bahkan sampai membuat surat permohonan untuk diberikan jatah air lebih banyak.
Apa yang disampaikan oleh Pekaseh Subak Dalung ini dibenarkan oleh I Nyoman Rungkan (38), penjaga pintu air di Dam Bagi Lukluk. “Akibat kekurangan air ini 11 subak telah mengajukan surat permohonan aliran air saat membajak dan menanam padi” kata Rungkan kepada Tokoh sambil memperlihatkan surat permohonan yang ditujukan kepada Dinas PU Prov. Bali. Menurut Rungkan, curah hujan yang rendah ini menjadi pemicu para petani mendatangi petugas pejaga pintu air. Rungkan pun kurang tahu sampai kapan kekurangan air ini berlangsung.
Untuk melengkapi data tentang kondisi air Sunagi Ayung, penulis pun mendatangi Dam Mambal (Badung) dan menemui Ida Bagus Suardana (45), petugas Dam Mambal yang sekaligus tinggal di sisi Dam Mambal. Air di situ juga kecil dibandingkan kondisi beberapa tahun yang lalu. Suardana pun mengakui bahwa musim penghujan tahun ini memang beda dari tahun-tahun sebelumnya entah apa yang menyebabkan. “Curah hujan pada musim penghujan sekarang memang kurang” kata Suardana yang sudah 12 tahun bertugas sebagai penjaga Dam Mambal, pengganti dari ayahnya. Ketika para pekaseh mendatanginya, Suardana pun mengajak pemimpin subak itu melihat kondisi air yang sesungguhnya. “Akhirnya para pekaseh juga maklum kondisi air yang kecil” kata Suardana.
Sebagai petugas penjaga pintu air Suardana punya kenangan tersendiri. Selain Dam Mambal tempatnya dianggap angker, juga bisa memberi pelayanan kepada masyarakat petani di sebagian wilayah Kab. Badung. “Memang suka-duka menjadi penjaga pintu air selalu ada” tegasnya. Bagi Suardana, dapat memberikan pelayanan kepada warga subak menjadi salah satu kebagaannya. Pekerjaan ini pun dinikmatinya dengan rasa senang. Dalam kondisi musim hujan, pekerjaan sebagai penjaga pintu air tanggung jawabnya cukup besar. Memang tugas rutinnya mencatat perkembangan air, yakni jam 07.00 dan jam 17.00, seperti juga di dam-dam yang lainnya.

0 komentar: